Jumat, 21 Desember 2012

“Madrasahis” Pramuka MTs Al-khairiyah Karangtengah


Jika seseorang mencintai negaranya, kemudian berjuang mengerahkan seluruh tenaga untuk membuat bangsanya jauh lebih maju, maka biasanya orang tersebut diberi julukan ‘berjiwa nasionalis’. Namun bagaimana kemudian jika seorang siswa berjihad mati-matian untuk kemajuan sekolahnya, atau dengan kata lain untuk mengharumkan nama sekolahnya, kira-kira di beri julukan apakah siswa ini? Saya bingung mencari istilah yang tepat untuknya, maka karena siswa yang saya maksud itu bersekolah di madrasah, saya sebut saja ia ‘madrasahis’

Asti dan Kawan-kawan saat melewati lintasan pertama
Hari ini adalah hari pertama anggota Gerakan Pramuka pangkalan MTs Al-khairiyah karangtengah mengikuti perkemahan akhir tahun yang diselenggarakan oleh kwartir ranting Purwakarta. Sebelumnya, berhari-hari mereka mengikuti latihan disekolah secara berat dan ketat. Saya pribadi yang menjadi Pembina pramuka merasa sangat  kagum dengan mereka, meskipun mereka terkadang suka mengeluh dengan system latihan yang saya berikan, namun keesokan harinya mereka kembali latihan dengan penuh semangat.

Pada hari pertama ini, mereka sudah mengikuti beberpa mata lomba yang diberikan panitia. Alhamdulillah, dari sekian mata lomba tersebut, mereka berhasil menjuarainya. Namun, yang paling mengesankan bagi saya ialah ketika perlombaan bakiak. Adalah regu putri, yang di gawangi oleh Asti, Ana, Atul dan I’im. Dari awal pun sebenarnya saya sudah yakin mereka akan mendapatkan juara, barangkali ketiga atau kedua. Sebab saya melihat dari cara mereka latihan, mereka sangat lincah sekali menggunakan bakiak.

Dalam perlombaan bakiak ini peserta hanya diwajibkan melakukan satu kali putaran, dan tidak ada final setelah itu. Langsung diambil juara satu,dua dan tiga. Asti dan kawan-kawan pun sudah siap dengan bakiaknya, dan ketika peluit ditiup, dengan cepat Asti meluncur di atas bakiak. Hebat, pada lintasan pertama Asti memimpin. Lawannya tertinggal jauh. Namun, ketika berbelok untuk lintasan kedua, Asti terjatuh dari bakiaknya. Ia dan kawan-kawannya tersungkur keras. Saya memperhatian mereka dari garis finis, mereka sangat susah untuk kembali berjalan.  Wal hasil, lawannya pun dapat menyusulnya. Asti terlihat begitu cemas, wajahnya puct pasi. Mencoba untuk tenang, Asti dan kawan-kawan pun kembali berjalan. Namun, Ah.. ia tertinggal jauh. Tiba-tiba saja ia berlari cepat sekali, bahkan sangat cepat beserta bakiaknya. Satu persatu lawannya kembali tersusul, Asti terus berlari, kini ia hampir menyusul lawannya yang paling depan. Dan “priiit…” peluit panitia menetapkan Asti dan kawan-kawan menjadi juara dua. Akan tetapi, apa yang terjadi dengan Asti, tubuhnya lunglai dan tiba-tiba saja ia terjatuh pingsan. Sesegera mungkin Rohani membopongnya ke Tenda. Saya segera menyusul, ternyata bukan Cuma Asti yag pingsan, Atul juga ikut tidak sadarkan diri.

Saya dan Pembina yang lain mencoba menahani mereka dengan obat-obatan seadanya. Tidak lama kemudian Asti sadar, di susul dengan Atul. Lutut asti lecet akibat tersungkur, saya memperban lukanya itu.
Saat saya memperban Luka Asti, saya merasa sangat terharu. Ia dan kawan-kawannya mengorbankan segalanya untuk membawa harum nama Madrasah. Tak jauh beda dengan Soekarno, Agus salim, dan lain sebagainya yang mengharumkan nama bangsa kemudian di sebut Nasionalis. Mereka yang berjuang berdarah-darah demi Madrasah itu, kemudian saya sebut Madrasahis.

Wallahu’alam.

21 Desember 2012. (23:55)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar