Istilah reforrmasi semakin marak diucapkan di
Indonesia –khususnya oleh para aktivis. Semenjak tumbangnya pemerintahan
Soeharto atau rezim orde baru. Ada literature yang mengatakan bahwa reformasi mulai
populer semenjak pergolakan keagamaan kristen yang hendak terpecah dari kristen
katolik menjadi Kristen protestan pada abad 16. Terlepas dari itu semua, inti
dari ajaran reformasi adalah perubahan, pembaharuan, perombakan dari satu
system yang sudah buruk, menjadi system yang lebih baik. Atau dari kekuasaan
yang abous of power menjadi kekuasaan
yang lebih berpihak kepada rakyat.
Reformasi
Indonesia
Jika kita melihat secara kasat mata, Indonesia
adalah Negara yang selalu melakukan reformasi dalam tubuhnya. Mulai dari masa
penjajahan, angkatan muda Soekarno dan kawan-kawan mampu mereformasi Indonesia
menjadi Negara yang merdeka. Hingga memunculkan pemerintahan yang disebut orde
lama. Setelah orde lama dianggap tidak mengutamakan lagi kepentingan rakyat,
maka bangsa Indonesia kembali melakukan reformasi untuk menumbangkan orde lama,
hingga berdirilah orde baru pimpinan jendral Soeharto. Hampir sama dengan
Soekarno, Soeharto pun di kudeta oleh para mahasiswa yang mengepung gedung DPR
di tahun 1998. Munculah sebuah era yang disebut dengan era reformasi. Terkadang
saya pribadi tidak mengerti, mengapa era setelah tumbangnya Soeharto
dinamanakan dengan era reformasi. Padahal, tumbangnya Soeharto bukanlah berarti
bahwa reformasi telah di mulai.
Itu semua perubahan. Itu semua reformasi. Namun
sayang, reformasi yang terjadi di Indonesia, bukanlah reformasi yang didasarkan
oleh keinginan masyarakat. Namun reformasi yang terjadi di Indonesia
adalah reformasi hasil dari politik
konspirasi dunia. Kita bangsa Indonesia, hanya dijadikan buah catur yang siap
diarahkan kemana saja.
Soekarno merupakan orang yang sangat menentang
Amerika, hubungannya lebih dekat dengan rusia. Ini terbukti dengan diakhir masa
jabatnya, hubungan Soekarno dengan komunis semakin erat. Amerika sangat gerah karena
ia tidak bisa melakukan interaksi ekonomi dengan Indonesia yang dinilai sebagai
Negara yang sangat berpotensi. Dengan kecedasan dan kekuasaannya, kemudian
Amerika melakukan kong kalikong dengan para pejabat tinggi dan terutama para
millter Indonesia agar ditumbangkkannya pemerintahan Soekarno. Dijadikannya
mahasiswa sebagai alat. Isu-isu ditebarkan. Kemudian mahasiswa pun bergolak,
menggempur kekuasaan Soekarno, hingga Soekarno mampu dikudeta.
Ini semua adalah permainan politik yang cantik dari
Jendral Soeharto yang pada waktu itu menjadi antek-antek Amerika dan
Negara-negara super power lainnya. Ini bisa dibuktikan. ketika Soeharto menjabat
sebagai presiden, pada tahun 1967 ia mengadakan rapat besar-besaran di jeneva,
Swis. Dimana dalam rapat itulah seluruh kekayaan Indonesia mulai di
perdagangkan kepada Negara-negara lain dengan dalih infestasi. Inilah awal mula
korporat asing masuk di Indonesia. Dan menjarah seluruh kekayaan alam
Indonsesia.
Pada tahun 1998, Soeharto rupanya telah sadar akan
tindakannya yang telah menjual aset-aset Indonesia dan membuat rakyat Indonesia
sengsara. Pada tahun inilah ia hendak menasionalisasikan seluruh perusahaan
milik asing menjadi milik Indonesia, termasuk Freeport yang kontraknya telah
selesai. Namun niat baik Soeharto ini rupanya telah diketahui oleh Negara super
power, Amerika khususnya. Akhirnya dengan politik konspirasi, para anggota
dewan disuap, mahasiswa-mahasiswa diperalat dengan dikompori oleh isu-isu yang
mereka (Amerika dkk) buat. Sehingga turunlah kembali Soeharto, dan kekayaan
alam Indonesia masih digenggam asing. Begitu seterusnya sampai pemerintahan
sekarang. Semuanya di penuhi dengan intrik-intrik politik konspirasi asing.
Indonesia hanya manjadi boneka mainan belaka.
Dengan demikian, jelaslah sudah bahwa Reformasi yang
terjadi di Indonesia tak lebih hanya konspirasi besar dunia. Bukan kesadaran
murni dari rakyatnya.
Mengapa
Reformasi ?
Sebab kita belum benar-benar melakukan reformasi,
bahkan dimulai pun belum. Indonesia masih dalam kerangkeng yang membuatnya
semakin lemah dan terpuruk.
Para pemimpin kita sekarang tidak mempunyai visi
yang kuat untuk membebaskan kita dari keterpurukan, bahkan kita sering
dijadikan sebagai alat untuk memperkaya dirinya sendiri. Mereka seharusnya
sudah di pulangkan ke kampungnya masing-masing.
Kitalah, generasi yang tidak hanya mempunyai
kecerdasan intelektuil, namun juga kecerdasan emosional dan spiritual yang
harus mulai bergerak. Negara kita butuh orang-orang yang sadar akan nilai-nilai
nasionalisme dan humanisme.
Sekarang, bukan saatnya lagi kita tersekat-sekat
oleh agama, ormas, atau kotak-kotak lain yang menyempitkan gerak kita. Sekarang
waktunya berhimpun, menyatukan visi untuk membangunkan Indonesia yang mati
suri.
Penulis adalah pengasuh
Rumah Baca Damar26
Mahasiswa Jinayah
Siyasah Semester 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar