“Mang Dikin”, itulah kebanyakan orang di kampungnya memanggil nama guru yang sederhana dan apa adanya ini, selain humoris beliau juga terbilang guru yang disiplin, sebab setiap hari beliau selalu datang lebih awal di bandingkan dengan guru-guru yang lain, ini bisa di jadikan tauladan bagi guru-guru yang lain yang sering datang terlambat, padahal status Pak Dikin –Begitu para siswa memanggilnya- belum menjadi PNS atau pun guru Sertifikasi, namun kedisiplinan dan kesemangatan beliau dalam mengajar patut di contoh oleh guru yang sudah PNS atau pun guru sertifikasi.
Sebelum menjadi guru, Pak Dikin ternyata pernah menjadi kuli bangunan, dan tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dan itu beliau lakukan dengan dasar tanggung jawab terhadap keluarganya. Meskipun berprofesi sebagai kuli bangunan dan tukang ojek, Pak Dikin sangatlah mencintai dunia pendidikan, oleh karena itu beliau buktikan dengan menjadi tutor paket B pada tahun 1999.
Berawal dari menjadi tutor itulah, ternyata cara mengajar Pak Dikin di nilai cukup lumayan, sehingga ada seseorang yang melihat kemudian menawarkan beliau untuk mengajar di sekolah, padahal Pak Dikin pada waktu itu baru tamatan SLTA, tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh beliau yang memeng sangat cinta pada dunia pendidikan.
Sekarang beliau sudah tamat perguruan tinggi di STKIP Siliwangi Bandung , dan bergelar Sarjana Pendidikan (S.Pd), dan kini beliau menjadi guru yang cukup dibutuhkan di Madrasah Al-khairiyah Karangtengah, baik MTs maupun MA. Bayangkan saja selama enam hari waktu sekolah beliau hanya tidak mengajar pada hari Sabtu saja,selebihnya Pak Dikin selalu penuh mengajar, itupun ditambah tugas-tugasnya sebagai TU (Tata Usaha) di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Karangtengah.
Meskipun begitu, beliau tidak mengabaikan keluarganya, karena semua yang dilakukan beliau itu juga semata-mata untuk keluarganya tercinta.Beliau juga beranggapan bahwa antara dunia pendidikan dan keluarga adalah sebuah tanggung jawab sebagai titipan dari Allah dan menurut beliau kedua-duanyapun setara kedudukannya artinya sama-sama penting.
Dalam perjalanan hidup Pak Dikin menjadi seorang guru, tidak dipungkiri lagi bahwa menjalankan tanggung jawab tersebut pasti ada rasa suka maupun dukanya. Dalam menjalankan tanggung jawab itu ada rasa sukanya karena bisa memuaskan hati dalam sebuah ambisi beliau yang sudah tercapai,dan hasrat batin dalam kecintaannya terhadap dunia pendidikan. Dan dalam menjalankan tanggung jawab sebagai guru selama ini beliau merasakan dukanya karena beliau melihat keadaan dunia pendidikan yang ada, ternyata di sekolah kita banyak ketimpangan-ketimpangan yang terjadi. Sehingga membuat batin tidak terpuaskan dalam efektifitas belajar, baik guru maupun siswa.
Dalam dunia pendidikan beliau menginginkan terjadinya sinergisitas dari semua yang terkait baik dari pihak sekolah (guru) dan siswanya. Dengan hubungan baik itu, tujuan pendidikan dapat terwujud dan sesuai dengan visi dan misi Madrasah Al-Khairiyah Karangtengah, baik MA maupun MTs.[Ana CNA]