Jika
seseorang mencintai negaranya, kemudian berjuang mengerahkan seluruh tenaga
untuk membuat bangsanya jauh lebih maju, maka biasanya orang tersebut diberi
julukan ‘berjiwa nasionalis’. Namun bagaimana kemudian jika seorang siswa
berjihad mati-matian untuk kemajuan sekolahnya, atau dengan kata lain untuk
mengharumkan nama sekolahnya, kira-kira di beri julukan apakah siswa ini? Saya
bingung mencari istilah yang tepat untuknya, maka karena siswa yang saya maksud
itu bersekolah di madrasah, saya sebut saja ia ‘madrasahis’
Asti dan Kawan-kawan saat melewati lintasan pertama |
Hari ini
adalah hari pertama anggota Gerakan Pramuka pangkalan MTs Al-khairiyah
karangtengah mengikuti perkemahan akhir tahun yang diselenggarakan oleh kwartir
ranting Purwakarta. Sebelumnya, berhari-hari mereka mengikuti latihan disekolah
secara berat dan ketat. Saya pribadi yang menjadi Pembina pramuka merasa
sangat kagum dengan mereka, meskipun
mereka terkadang suka mengeluh dengan system latihan yang saya berikan, namun
keesokan harinya mereka kembali latihan dengan penuh semangat.
Pada hari
pertama ini, mereka sudah mengikuti beberpa mata lomba yang diberikan panitia.
Alhamdulillah, dari sekian mata lomba tersebut, mereka berhasil menjuarainya.
Namun, yang paling mengesankan bagi saya ialah ketika perlombaan bakiak. Adalah
regu putri, yang di gawangi oleh Asti, Ana, Atul dan I’im. Dari awal pun
sebenarnya saya sudah yakin mereka akan mendapatkan juara, barangkali ketiga
atau kedua. Sebab saya melihat dari cara mereka latihan, mereka sangat lincah
sekali menggunakan bakiak.
Dalam
perlombaan bakiak ini peserta hanya diwajibkan melakukan satu kali putaran, dan
tidak ada final setelah itu. Langsung diambil juara satu,dua dan tiga. Asti dan
kawan-kawan pun sudah siap dengan bakiaknya, dan ketika peluit ditiup, dengan
cepat Asti meluncur di atas bakiak. Hebat, pada lintasan pertama Asti memimpin.
Lawannya tertinggal jauh. Namun, ketika berbelok untuk lintasan kedua, Asti
terjatuh dari bakiaknya. Ia dan kawan-kawannya tersungkur keras. Saya memperhatian
mereka dari garis finis, mereka sangat susah untuk kembali berjalan. Wal hasil, lawannya pun dapat menyusulnya.
Asti terlihat begitu cemas, wajahnya puct pasi. Mencoba untuk tenang, Asti dan
kawan-kawan pun kembali berjalan. Namun, Ah.. ia tertinggal jauh. Tiba-tiba
saja ia berlari cepat sekali, bahkan sangat cepat beserta bakiaknya. Satu
persatu lawannya kembali tersusul, Asti terus berlari, kini ia hampir menyusul
lawannya yang paling depan. Dan “priiit…” peluit panitia menetapkan Asti dan
kawan-kawan menjadi juara dua. Akan tetapi, apa yang terjadi dengan Asti,
tubuhnya lunglai dan tiba-tiba saja ia terjatuh pingsan. Sesegera mungkin
Rohani membopongnya ke Tenda. Saya segera menyusul, ternyata bukan Cuma Asti
yag pingsan, Atul juga ikut tidak sadarkan diri.
Saya dan
Pembina yang lain mencoba menahani mereka dengan obat-obatan seadanya. Tidak
lama kemudian Asti sadar, di susul dengan Atul. Lutut asti lecet akibat
tersungkur, saya memperban lukanya itu.
Saat saya
memperban Luka Asti, saya merasa sangat terharu. Ia dan kawan-kawannya
mengorbankan segalanya untuk membawa harum nama Madrasah. Tak jauh beda dengan
Soekarno, Agus salim, dan lain sebagainya yang mengharumkan nama bangsa
kemudian di sebut Nasionalis. Mereka yang berjuang berdarah-darah demi Madrasah
itu, kemudian saya sebut Madrasahis.
Wallahu’alam.
21 Desember
2012. (23:55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar