Membuka Belenggu Otak


Semenjak manusia dilahirkan, manusia memiliki otak yang memorinya melebihi terliunan komputer yang memiliki berjuta-juta sel dan syaraf yang saling berhubungan. akan tetapi bagaimana kemudian manusia itu bisa memanfaatkannya dengan baik.  bayangkan jika kita bisa memanfaatkan memori yang ada dalam otak kita secara maksimal mungkin kita mampu membuat pesawat terbang seperti BJ.Habiebie atau mungkin pesawat bawah tanah. Itu semua mungkin kita lakukan jika kita mampu memaksimalkan otak kita.
            Terlepas dari itu otak manusia diciptakan rata-rata sama besar sekitar 1.450 Cm kubik, dan beratnya 1,3 KG dengan jumlah sel dan syaraf yang hampir sama. Akan tetapi mengapa saat ini kita lihat  banyak sekali perbedaan gaya berfikir manusia atau kecerdasan manusia. Tidak jauh-jauh, contoh dikelas saja, ada beberapa orang siswa yang dianggap cerdas oleh gurunya karena ia bisa mengutarakan opini dan jika ditanya selalu bisa menjawab. Selanjutnya ada siswa yang dianggap kurang cerdas karena ia tidak pernah beropini dan selalu vakum dalam kelas. Mengapa semua ini bisa terjadi, padahal volume otak mereka sama .
            Ada perumpamaan yang mengatakan bahwa otak kita seperti pisau, jika diasah maka akan semakin tajam. perumpamaan itu sangat tepat sekali, masalah diatas itu bisa terjadi karena mungkin perbedaan dalam melatih atau mengasah otaknya, mengasah otak bukan berarti otak kita di adu dengan benda kasar atau keras, tetapi mengasah otak itu bisa dilakukan dengan cara melatih daya pikir kita. Seperti menghafal, menghitung, mengisi LKS dan lain sebagainya. Selain itu otak juga perlu di berikan asumsi rohaniah yang menyegarkan pikiran, seperti dengan sholat, mengaji dan berbuat baik..
            Namun faktanya, tidak sedikit manusia yang kesulitan dalam berpikir dan menggunakan otaknya secara maksimal, itu di karenakan otaknya masih terbelenggu. Untuk itu kita harus membuka belenggu yang ada dalam otak kita.
            Langkah pertama yang kita lakukan agar otak kita tidak termasuk otak yang beku atau terbelenggu adalah membuang jauh-jauh perasaan bahwa apa yang kita ketahui sudah sempurna. buang jauh-jauh keyakinan bahwa apa yang kita ketahui dan kita lakukan sudah benar. Bila kita hendak beraksi atas satu gagasan atau kegiatan baru, sempatkanlah dan berilah waktu pada otak kita untuk memahami mengapa orang lain yang sama-sama manusia, asalnya sama, antonimnya sama, otaknya sama, melakukan hal yang bebeda dengan kita.
A. Hilangkan rasa takut
            Rasa takut muncul terhadap hal-hal yang dalam persepsi kita merupakan ancaman atau gangguan terhadap mental atau fisik kita. Takut sering dikaitkan dengan ancaman kehilangan nikmat yang kita peroleh atau yang akan kita peroleh. Kita takut kehilangan harta kita ketika kita harus bersedekah, kita takut  berteman dengan si A karena orangnya tidak mampu dan suka meminta bantuan. Rasa takut yang seperti ini akan membuat otak kita sulit menerima fakta-fakta baru.


B.Tidak terpaku oleh budaya masyarakat
            Meskipun budaya yang berkembang di masyarakat membuat kita merasa nyaman dan aman dalam bertindak, sebaiknya kita memberi kesempatan pada otak manusia kita untuk mengkaji dan mempertimbangkannya. Terlepas  apakah pada akhirnya  kita akan mengikuti atau tidak budaya tersebut. Bukankah kita yang bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang telah kita lakukan, bukan mereka yang telah merumuskan budaya itu. Bagaimanapun kita sebaiknya memiliki kesadaran dan keyakinan dalam setiap tindakan kita.

C. Jangan merasa cukup tahu
            Kalaupun selama ini kita konsisten untuk menggunakan otak kita dalam memahami sesuatu, jangan pernah merasa cukup. Jangan merendahkan dan mengolok orang lain, meskipun selama ini kita mengenal mereka sebagai kurang berilmu. Juga jangan menutup kuping hanya karena kita merasa berbeda dengan mereka.
            Teruslah proaktif membuka mata dan telinga kita untuk menangkap informasi baru. Biarkan otak kita mengkaji kembali setiap informasi yang masuk. Janganlah ilmu yang ada pada kita membuat kita lalai terhadap fakta-fakta baru.
            Kita harus membuka belenggu ketertutupan dan keterkuncian otak kita. Ada baiknya kita mempelajari semua bidang ilmu, membuka-buka berbagai jenis buku. Setelah mendapatkan semua informasi, biarkan otak mengaduk-ngaduk , melihat keterkaitannya dan mencernanya. Lalu renungkan dan hadirkan ALLAh dalam renungan tersebut, mohon  di bukakan kebenaran, dan mohon di bantu ketika kita harus sabar menunggu kesimpulan yang terang.

- ferdian -