Seperti biasa, sore tadi saya melatih anak-anak
Mts. dalam rangka persiapan perkemahan akhir tahun yang diselenggarakan oleh
gerakan peramuka tingkat ranting purwakarta. Dalam seminggu saya melatih
sebanyak 4 kali, yaitu hari Jum’at, sabtu, minggu, dan selasa. Latihan dimulai
semenjak jam 14.00 sampai jam 17.00, bahkan kadang lebih. saya memilih hari
tersebut, karena pada hari itulah saya tidak ada kuliah atau kalaupun ada tidak
terlalu banyak. Jika dihitung-hitung, dalam seminggu saya menghabiskan waktu 12
jam untuk latihan bersama mereka. Bayangkan, berapa ratus halaman yang sudah
saya cerna jika digunakan untuk membaca buku. Tahukah, bahwa sesungguhnya saya
orang yang paling perhitungan dengan waktu. Akan tetapi, mengapa kemudian masih
terus saya lakukan? Alasannya simple, karena saya bahagia. Saya bahagia,
melihat senyum anak-anak itu mengembang saat laihan. Saya bahagia melihat
anak-anak menyimpan semangat tinggi untuk berprestasi. Saya bahagia, mengingat
diri saya sendiri ketika sekolah dulu, berlatih tak kenal waktu. Untuk berlomba
mewakili sekolah. Dan banyak lagi alasan, mengapa saya tetap menjalaninya.
Banyak sekali orang yang mencibir atas apa yang
saya lakukan, mengapa saya tidak focus saja kuliah, mencari ilmu
sebanyak-banyakanya, setelah itu baru kemudian diaplikasikan. Sejujurnya, saya
sudah pernah menghindar, agar kemudian saya tidak lagi terjebak oleh kegiatan-kegiatan
semacam ini. Namun, entah mengapa ada saja kejadian yang membuat saya harus
terjun lagi pada kegiatan-kegiatan
seperti ini, akan tetapi sekali lagi, saya bahagia.
Apa yang sesungguhnya saya inginkan, dan adakah
hubungannya tentang apa yang saat ini saya lakukan, dengan cita-cita saya
dimasa yang akan datang?
Saya mencoba merenungi ini.
Saya rasa ini salah satu jalan yang dipilihkan
Tuhan untuk saya. Berbicara cita-cita, untuk sebagian orang mungkin dianggap
sesuatu yang rumit, “biarkan mengalir saja” begitu ucapnya. Namun bagi sebagian
yang lain, ini merupakan hal terpenting untuk arah kehidupan selanjutnya. Saya
termasuk di bagian kedua, saya menganggap cita-cita memanglah hal terpenting,
seperti yang di ucapkan James Allen “cita-cita anda adalah janji akan menjadi
apa anda suatu hari nanti”. Menentukan cita-cita pun ternyata tidak mudah,
beberapa factor ikut menentukan cara pandang kita terhadap arah hidup kita
selanjutnya. Ah.. sudahlah, cukup sampai disini saja wacananya.
Kembali pada hubungan. Saya pikir sangat ada.
Cita-cita saya mungkin terbilang aneh, yah, Cita-cita saya “menjadi jembatan
bagi orang yang ingin meraih cita-citanya.”
Pada prakteknya, hal semaca ini sudah banyak. Guru
salah satunya. Namun saya tidak mau menjadi guru, maksud saya menjadi guru yang
biasa. Saya ingin menjadi guru yang luar biasa. Guru yang terbebas dari
setatusnya sebagai guru. Guru yang mampu menciptakan sendiri kurikulumnya untuk
membuat sahabat belajarnya menjadi luar biasa.
Entah sejak kapan keinginan ini tumbuh dalam benak
saya.
Oleh karena itu, saya ingin sekali punya lembaga
belajar non formal. Tempat dimana orang orang bisa belajar dengan sangat bebas,
tidak bersifat skeptis atau mendikotomikan ilmu pengetahuan. Tempat dimana
semua orang bisa tersenyum lebar meggapai apa yang ia inginkan.
Setiap pulang mengajar dari kampus atau sekolah,
saya bisa berkumpul dengan mereka. Berbagi ilmu dan pengalaman. Lalu tercipta
saudara-saudara baru diantara mereka. Saling mendukung dan memotifasi untuk
terus belajar. Saya hanya ingin itu. Dan saya akan memulainya dari kampung saya
sendiri.
Senang rasanya bila semua itu bisa terwujud.
Doakan teman-teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar